Artikel
Liputan Bentala Aksa
Google Earth Engine dalam Pertanian
Oleh Maulida (FMIPA 2017) dan Julian (FMIPA 2017)
GEE juga dapat dimanfaatkan daam bidang pertanian sebagai penunjang digital farming, yang fungsinya adalah untuk mempertahankan produktivitas dan ketahanan pangan, diperlukan aplikasi pertanian ynag dapat memetakan area tanaman, menentukan estimasi hasil panen, mendeteksi kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit, serta kesesuaian potensi pertanian. Pencarian dan pengolahan ini dapat dilakukan secara jarak jauh.
Beberapa contoh penggunaan GEE yang sudah dilakukan dalam pertanian adalah sebagai berikut. Platform GEE memberikan kesempatan untuk menggabungkan data Terra MODIS dan Landsat untuk memperkirakan produktivitas kotor dari tujuh tanaman di Montana, AS dari 2008-2015 pada resolusi spasial 30 m, memperkirakan pola produktivitas lahan pertanian dan variasi musiman, memetakan lahan pertanian heterogen di Afrika dengan Worldview 2, serta memetakan lahan pertanian dan non-pertanian di Benua Afrika menggunakan kombinasi Sentinel dan Landsat (Mutanga & Kumar, 2019).
Daftar Pustaka
Mutanga, O., & Kumar, L. (2019). Google earth engine applications. Remote Sensing, 11(5), 11–14. https://doi.org/10.3390/rs11050591
Martín-Ortega, P., García-Montero, L. G., & Sibelet, N. (2020). Temporal patterns in illumination conditions and its effect on vegetation indices using Landsat on Google Earth Engine. Remote Sensing, 12(2). https://doi.org/10.3390/rs12020211
Cara Kerja Google Earth Engine
Oleh Maulida (FMIPA 2017) dan Julian (FMIPA 2017)
Google Earth Engine bekerja dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan oleh satelit landsat, Sentinel, MODIS, Palsar, dan lain-lain. Earth Engine telah melakukan kerjasama erat dengan Google Cloud untuk membawa koleksi Landsat dan Sentinel-2 sebagai bagian data public Google cloud. Koleksi data Google Cloud tersebut membuat lebih mudah dan efisien untuk mengakses data secara langsung dari layanan Cloud. Google Earth Engine dibuat untuk melakukan perhitungan pada kumpulan data besar, seperti kumpulan data planet, oleh karena itu ia memiliki strategi yang sangat efisien untuk melakukan perhitungan berat. Google Earth Engine mendistribusikan pekerjaan ke berbagai computer yang apabila setiap kalkulus siap atau sudah selesai, Google Earth Engine akan mengumpulkan hasilnya dan menampilkan piksel dan peta yang diperlukan.
Google Earth Engine menggunakan kekuatan ribuan komputer untuk melakukan perhitungan skala bessar, hal ini dilakukan guna meningkatkan kecepatan perhitungan seperti beberapa menit untuk area kecil dan beberapa hari untuk skala dunia. Karena perhitungan dilakukan secara online di cloud maka pengguna hanya perlu mengandalkan internet untuk terhubung ke pusat data Google.
Daftar Pustaka
Google earth engine applications. Remote Sensing, 11(5), 11–14. https://doi.org/10.3390/rs11050591
Kumar, L., & Mutanga, O. (2018). Google Earth Engine applications since inception: Usage, trends, and potential. Remote Sensing, 10(10), 1–15. https://doi.org/10.3390/rs10101509
Google Earth Engine: Definisi & Kelebihan
Oleh Maulida (FMIPA 2017) dan Julian (FMIPA 2017)
Apa itu Google Earth Engine?
Google Earth Engine atau yang selanjutnya disebut GEE merupakan sebuah remote sensing platform berbasis cloud computing[1] yang didesain untuk menyimpan dan memproses dataset[2] berukuran sangat besar (hingga skala petabyte) dalam analisis lingkungan skala planet. GEE menyediakan data vektor dan citra satelit sekaligus memberikan akses ke dalam software dan algoritma untuk memproses data tersebut. Sejak beroperasi dari tahun 2010 hingga sekarang, data yang disediakan oleh platform ini semakin banyak dan beragam. Data tersebut berupa data geografi, sosial, demografis, cuaca, model elevasi digital, dan iklim (Kumar & Mutanga, 2018; Mutanga & Kumar, 2019).
Latar belakang mengapa Google mengembangkan Google Earth Engine berkaitan dengan misi Google yaitu mengorganisir informasi di seluruh dunia dan membuatnya dapat diakses secara universal dan bermanfaat. Sejalan dengan misi ini, Google Earth Engine mengatur informasi geospasial dan membuatnya tersedia untuk analisis. secara umum, Google berupaya membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik melalui penggunaan teknologi. Infrastruktur teknis Earth Engine mendukung inisiatif kemanusiaan, ilmiah, dan lingkungan
Google Earth Engine bekerja dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan oleh satelit seperti Landsat, Sentinel, MODIS, Palsar, dan lain – lain. Earth Engine telah bekerja sama erat dengan Google Cloud untuk membawa koleksi Landsat dan Sentinel-2 ke Google Cloud Storage sebagai bagian dari program data publik Google Cloud. Koleksi Google Cloud membuatnya lebih mudah dan lebih efisien untuk mengakses data secara langsung dari layanan Cloud seperti Google Compute Engine atau Google Cloud Machine Learning. Harap dicatat bahwa Earth Code Code Editor dan API tidak mengakses koleksi Cloud ini; mereka menggunakan katalog data Earth Engine secara langsung [3].
Terdapat kurang lebih 600 dataset yang berasal dari >50 penyedia data dalam repositori GEE. Repositori data GEE menyimpan citra satelit seluruh dunia berumur lebih dari 40 tahun dengan berbagai interval pengulangan pengambilan data di tiap lokasi. Dataset ini merupakan hasil observasi dari >30 satelit, seperti Landsat, Moderate Resolution Imaging Spectrometer (MODIS), National Oceanographic and Atmospheric Administration Advanced very high resolution radiometer (NOAA AVHRR), Sentinel, Advanced Land Oberving Satellite (ALOS), Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER), dan lain sebagainya. Data-data ini bersifat open source dan tersedia secara lengkap dalam katalog dataset. Komputasi berkinerja tinggi yang dapat menghasilkan analisis perhitungan berskala besar secara cepat dapat diakses dengan gratis tanpa memerlukan prosesor atau software mutakhir dari penggunanya. Selain itu, front-end yang mudah diakses dan ramah pengguna juga menciptakan suasana yang nyaman untuk mengembangkan algoritma dan data secara interaktif. Pengguna juga dapat menggunakan data dari sumber pribadi dengan tetap menggunakan GEE dalam pemrosesan seluruh analisis. Kemudahan-kemudahan ini membuat GEE dapat digunakan oleh siapa pun baik oleh ilmuwan, peneliti independen, penggiat, lembaga nonprofit, tenaga pendidik, maupun lembaga pemerintahan untuk mengolah data geospasial dan temporal dengan memanfaatkan pengindraan jauh (Kumar & Mutanga, 2018; Martín-Ortega, García-Montero, & Sibelet, 2020; Mutanga & Kumar, 2019).
Google Earth Engine memiliki beberapa komponen utama, yaitu:
Dataset: Kumpulan data yang terus tumbuh, skala petabyte dari citra yang tersedia untuk umum, pengindraan jarak jauh dan data spasial lainnya.
Komputasi: Infrastruktur komputasi Google yang dioptimalkan untuk pemrosesan paralel data geospasial.
API: JavaScript, Python, REST.
Aplikasi: Aplikasi yang bekerja dalam bidang geospasial, dibangun dari API Earth Engine.
Kelebihan Google Earth Engine
Kelebihan dari Google Earth Engine sehingga dapat disebut sebagai revolusier teknologi Remote Sensing adalah sebagai berikut:
1. Memiliki akses terhadap data citra satelit dan data lainnya dengan jumlah yang sangat besar (petabyte), dan terus diupdate seiring berjalan waktu.
2. Processing data berjalan secara cloud dan paralel di server Google.
3. Memiliki algoritma-algoritma data processing yang cukup banyak dan terus disempurnakan oleh Google Engineer dan diuji oleh komunitas, sehingga algoritma tersebut menjadi semakin baik dan teruji.
4. Dipakai oleh peneliti, akademisi dan berbagai lembaga di dunia untuk berbagai aplikasi.
5. Dengan Application Programming Interface (API) yang tersedia untuk Java Script dan Python, memungkinkan pengguna untuk melakukan pengolahan data yang lebih kompleks sesuai dengan kebutuhannya.
6. Dukungan dokumentasi yang cukup lengkap bagi para pemula untuk menggunakan platform ini.
Daftar Pustaka
A. Rasyada, “Pelagis,” 10 04 2017. [Online]. Available: https://www.pelagis.net/blog/google-earth-engine-terobosan-baru-dalam-teknologi-remote-sensing/353/. [Diakses 10 07 2020].
Google Earth Engine, “Google Earth Engine,” Google, [Online]. Available: https://developers.google.com/earth-engine?hl=ar. [Diakses 10 07 2020].
Google Earth Engine, “Google Earth Engine,” Google, [Online]. Available: https://earthengine.google.com/faq/. [Diakses 10 07 2020].
Kumar, L., & Mutanga, O. (2018). Google Earth Engine applications since inception: Usage, trends, and potential. Remote Sensing, 10(10), 1–15. https://doi.org/10.3390/rs10101509
Mutanga, O., & Kumar, L. (2019). Google earth engine applications. Remote Sensing, 11(5), 11–14. https://doi.org/10.3390/rs11050591
Remote Sensing dalam Pertanian
Oleh Vivian (FAPET 2017)
Aplikasi penginderaan jauh (remote sensing) dalam bidang pertanian diantaranya untuk memonitor kondisi tanaman, estimasi produksi, deteksi hama dan penyakit tanaman, mengontrol penggunaan herbisida, pemupukan, kekurang air, dan bahkan pendugaan sifat tanah. Teknologi ini mampu melihat variasi tanaman yang dapat membantu petani dan praktisi pertanian untuk mengidentifikasi dan merespon secara tepat dan cepat permasalahan yang disebabkan oleh hama, cuaca, dan kekurangan unsur hara.
Contohnya untuk memperkirakan produksi tanaman yang diharapkan dan menentukan berapa banyak panen akan dipanen dalam kondisi tertentu. Periset dapat memperkirakan jumlah tanaman yang akan diproduksi di lahan pertanian tertentu selama periode waktu tertentu. Jika terjadi kerusakan tanaman atau kemajuan tanaman, teknologi remote sensing dapat digunakan untuk menembus lahan pertanian dan menentukan secara pasti berapa banyak tanaman yang telah diberikan rusak dan kemajuan panen yang tersisa.
Teknologi remote sensing juga telah berperan dalam analisis berbagai sistem penanaman tanaman. Teknologi ini terutama digunakan dalam industri hortikultura dimana pola pertumbuhan bunga dapat dianalisis dan prediksi yang dibuat dari analisis. Penginderaan jarak jauh juga memainkan peran penting dalam identifikasi tanaman terutama pada kasus dimana tanaman yang diamati secara misterius atau menunjukkan beberapa karakteristik misterius. Data dari tanaman dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium dimana berbagai aspek tanaman termasuk budidaya tanaman dipelajari.
Teknologi ini juga bisa digunakan dalam penilaian kondisi kesehatan masing-masing tanaman dan sejauh mana tanaman tersebut mengalami stres. Data ini kemudian digunakan untuk menentukan kualitas hasil panen. Karena bersifat prediktif, petani sekarang dapat menggunakan remote sensing untuk mengamati berbagai faktor termasuk pola cuaca dan jenis tanah untuk memprediksi musim tanam dan panen setiap tanaman.
Remote sensing juga memungkinkan petani dan ahli memprediksi hasil panen yang diharapkan dari lahan pertanian tertentu dengan memperkirakan kualitas tanaman dan luas lahan pertanian. Ini kemudian digunakan untuk menentukan hasil panen yang diharapkan secara keseluruhan. Remote sensing memberikan data kelembaban tanah dan membantu dalam menentukan jumlah kelembaban di dalam tanah dan karenanya jenis tanaman yang dapat ditanam di tanah.
Remote sensing juga dapat digunakan dalam pemantauan dan pengelolaan irigasi, serta memberi informasi tentang kadar kelembaban tanah. Informasi ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu tanah tertentu memiliki kelembaban yang kurang atau tidak dan membantu dalam merencanakan kebutuhan irigasi tanah. Data cuaca termasuk pola kekeringan di wilayah tertentu dapat digunakan untuk memprediksi pola curah hujan suatu daerah dan juga memberi tahu perbedaan waktu antara curah hujan saat ini dan curah hujan berikutnya yang membantu untuk melacak kekeringan.
Daftar Pustaka
Sinardy. (2018, Dsember 3). Remote Sensing Applications in Agriculture. Retrieved from STEEMIT: https://steemit.com/gis/@sinardy/remote-sensing-applications-in-agriculture#:~:text=Aplikasi%20pengideraan%20jauh%20(remote%20sensing,dan%20bahkan%20pendugaan%20sifat%20tanah.
Pemerolehan Informasi pada Penginderaan Jauh
Oleh Rizqiyadhi (FPIK 2017)
Cara memperoleh Informasi :
1.Tidak kontak langsung (dari jauh )
2. Alat (pengindera atau sensor)
3. Data (Citra (image/imagery)
a. Citra Foto ( Foto udara )
b. Citra Non-Foto Objek ( permukaan bumi & ruang angkasa)
Teknologi Penginderaan Jauh
Sebuah platform Pengineraan Jauh dirancang sesuai dengan beberapa tujuan khusus. Tipe sensor dan kemampuannya, platform, penerima data, pengiriman dan pemrosesan harus dipilih dan dirancang sesuai dengan tujuan tersebut dan beberapa faktor lain seperti biaya, waktu dsb.
Prinsip perekaman
Prinsip perekaman oleh sensor dalam pengambilan data melalui metode penginderaan jauh dilakukan berdasarkan perbedaan daya reflektansi energi elektromagnetik masing-masing objek di permukaan bumi. Daya reflektansi yang berbeda-beda oleh sensor akan direkam dan didefinisikan sebagai objek yang berbeda yang dipresentasikan dalam sebuah citra.
Gelombang elektromagnetik yang dipantulkan permukaan bumi akan melewati atmosfer sebelum direkam oleh sensor. Awan, debu, atau partikelpartikel lain yang berada di atmosfer akan membiaskan pantulan gelombang ini. Atas dasar pembiasan yang terjadi, sebelum dilakukan analisa terhadap citra diperlukan kegiatan koreksi radiometrik.
Resolusi sensor
Rancangan dan penempatan sebuah sensor terutama ditentukan oleh karakteristik khusus dari target yang ingin dipelajari dan informasi yang diinginkan dari target tersebut. Setiap aplikasi Penginderaan Jauh mempunyai kebutuhan khusus mengenai luas cakupan area, frekuensi pengukuran dam tipe energi yang akan dideteksi. Oleh karena itu, sebuah sensor harus mampu memberikan resolusi spasial, spectral dan temporal yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi.
Resolusi spasial menunjukkan level dari detail yang ditangkap oleh sensor. Semakin detail sebuah study semakin tinggi resolusi spasial yang diperlukan. Sebagai ilustrasi, pemetaan penggunaan lahan memerlukan resolusi spasial lebih tinggi daripada sistem pengamatan cuaca berskala besar.
Resolusi spektral menunjukkan lebar kisaran dari masing-masing band spektral yang diukur oleh sensor. Untuk mendeteksi kerusakan tanaman dibutuhkan sensor dengan kisaran band yang sempit pada bagian merah.
Resolusi temporal menunjukkan interval waktu antar pengukuran. Untuk memonitor perkembangan badai, diperlukan pengukuran setiap beberapa menit. Produksi tanaman membutuhkan pengukuran setiap musim, sedangkan pemetaan geologi hanya membutuhkan sekali pengukuran.
Daftar Pustaka
Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh Dasar II.Yogyakarta: Gadjah Mada University. Press.
Lindgren, D.T. 1985. Penginderaan Jauh Untuk Perencanaan Penggunaan Lahan
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wawan.2012. Penginderaan Jauh. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Press
Curran P. J. 1985. Principles of Remote Sensing. International Journal of Remote
Sensing, Volume 6, Issue 11 November 1985, page 1765.
Lillesand, K. 1988. Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Penginderaan Jauh
Oleh Rizqiyandi (FPIK 2017) dan Vivian (FAPET 2017)
Apa itu Penginderaan Jauh?
Remote sensing atau penginderaan jauh (inderaja) adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat (pengindra/sensor) tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979). Pada umumnya sensor dibawa oleh wahana baik berupa pesawat, balon udara, satelit maupun jenis wahana yang lainnya (Sutanto, 1987). Hasil perekaman oleh alat yang dibawa oleh suatu wahana ini selanjutnya disebut sebagai data penginderaan jauh. Lindgren (1985) dalam Sutanto (1987) mengungkapkan bahwa penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi, infomasi ini khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh terdiri atas 3 komponen utama, yaitu obyek yang diindera, sensor untuk merekam obyek dan gelombang elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi.
Sejarah Remote Sensing
Penginderaan jarak jauh dari angkasa telah berkembang selama beberapa dekade terakhir dari sebuah aplikasi coba–coba menjadi suatu teknologi yang banyak mempengaruhi berbagai aspek penelitian tentang bumi dan planet. Sistem penginderaan dengan satelit menyediakan data-data kritis seperti perkiraan cuaca, forecasting, agrikultur, eksplorasi sumber daya alam, dan monitoring lingkungan.
Pencitraan mulai ada sejak rockte-borne camera pada awal 1890an, sedangkan hasil inderaja dari angkasa sendiri dimulai seiring dengan Perang Dunia II dan perkembangan teknologi roket. Pengembangan satelit meteorologikal awal 1960an mengantar penelitian mengenai citra atmosferik, dan adanya benda2 ruang angkasa menunjukkan adanya potensial untuk mengorbitkan kamera untuk menyediakan informasi mengenai permukaan bumi.
Satelit pertama yang berhasil diluncurkan dalam rangka monitoring sumber daya bumi adalah satelit ERTS (Earth Resources Technology Satelite) yang diluncurkan pada tahun 1972. Hingga saat ini telah ratusan jenis satelit dengan berbagai tingkat ketelitian dan berbagai panjang gelobang digunakan untuk berbagai kajian permukaan bumi. Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah:
Identifikasi penutupan lahan (landcover)
Identifikasi dan monitoring pola perubahan lahan
Manajemen dan perencanaan wilayah
Manajemen sumber daya hutan
Eksplorasi mineral
Pertanian dan perkebunan
Manajemen sumber daya air
Manajemen sumber daya laut
Secara umum dapat dikatakan bahwa penginderaan jauh dapat berperan dalam mengurangi secara signifikan kegiatan survey terestrial dalam inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam. Kegiatan survey terestris dengan adanya teknologi ini hanya dilakukan untuk membuktikan suatu jenis obyek atau fenomena yang ada dilapangan untuk disesuaikan dengan hasil analisa data.
Daftar Pustaka
Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh Dasar II.Yogyakarta: Gadjah Mada University. Press.
Lindgren, D.T. 1985. Penginderaan Jauh Untuk Perencanaan Penggunaan Lahan Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wawan.2012. Penginderaan Jauh. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press
Curran P. J. 1985. Principles of Remote Sensing. International Journal of Remote Sensing, Volume 6, Issue 11 November 1985, page 1765.
Lillesand, K. 1988. Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Revolusi Industri 4.0: Bidang Pertanian
Oleh Toha (FMIPA 2017) dan Pande (FAPERTA 2017)
Karakteristik utama dari revolusi industri 4.0 adalah adanya internet, 3D printer, teknik genetika, penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan (green energy), pembangunan industri high tech, serta transportasi berupa mobil listrik dan kereta ultra cepat (Prisecaru, 2016).
Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Melalui konsep tersebut memungkinkan petani untuk berpartisipasi dalam e-commerce, sehingga konsumen dapat dengan mudah terhubung ke penyuplai dan masuk dalam rantai distribusi (Prisecaru, 2016). Hal ini tentunya akan menguntungkan petani dalam memaksimalkan hasil produksi dan meminimalisasi rantai distribusi.
Daftar Pustaka
Era Revolusi Industri 4.0: Perlu Persiapkan Literasi Data, Teknologi dan Sumber Daya Manusia. (2018). Diambil 09 Juli 2020 dari http://belmawa.ristekdikti. go.id/2018/01/17/era-revolusi-industri-4-0-perlu-persiapkan-literasi-data-teknologi-dan-sumber-daya-manusia
Kasriyah. 2018. Pertanian Berkelanjutan Berbasis Revolusi 4.0, Mungkinkah?. Jakarta: https://akurat.co/iptek/id-210425-read-pertanian-berkelanjutan-berbasis-revolusi-40-mungkinkah
Dampak Revolusi Industri 4.0
Oleh Toha (FMIPA 2017) dan Pande (FAPERTA 2017)
Revolusi Industri 4.0 merupakan perubahan dimana untuk memproduksi suatu barang, memanfaatkan mesin sebagai tenaga penggerak dan pemroses. Revolusi industri ini hadir untuk menjawab permasalahan efektifitas dan efisiensi dalam memproduksi suatu barang. (CloudHost, 2020) Revolusi Industri 4.0 ini mengintegrasikan antara teknologi cyber dan teknologi otomatisasi. Dampak era revolusi industri 4.0 adalah dalam penerapannya tidak lagi memberdayakan tenaga kerja manusia, sebab semuanya sudah menerapkan konsep otomatisasi. (CloudHost, 2020) Dengan demikian tingkat efektifitas dan efisiensi waktu bisa meningkat. Dimana waktu merupakan hal vital dalam dunia industri. Disamping manfaat revolusi industri 4.0 terhadap bidang perindustrian, manfaat teknologi juga bisa dirasakan oleh semua orang. Saat ini akses informasi sangat mudah dan bisa dilakukan kapan dan di mana saja dengan adanya jaringan internet. Akan tetapi revolusi industri 4.0 berdampak terhadap beberapa bidang, diantaranya:
1. Dampak Sosial
Dampak era revolusi industri 4.0 sangat signifikan terhadap bidang sosial. Sebab pada era ini seluruh proses produksi telah menggunakan mesin berteknologi canggih, menggantikan peranan manusia dalam dunia industri. Tentu hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan kerja, sebab tenaga manusia tidak lagi diberdayakan dalam industri manufaktur. Sistem pendidikan yang sebelumnya diterapkan pun tidak akan relevan lagi di dalam dunia kerja.
2. Dampak di Bidang Politik
Adanya digitalisasi memang dibutuhkan sebagai sarana pemenuhan terhadap permintaan barang dalam jumlah besar dengan harga yang mudah dijangkau masyarakat. Namun dampak era revolusi industri 4.0 yang sangat besar adalah terhadap meningkatnya angka pengangguran yang berimbas pada perekonomian negara.
3. Dampak pada Bidang Ekonomi
Dampak era revolusi industri 4.0 yang terakhir adalah di bidang ekonomi. Terdapat banyak dampak dari revolusi industri ini di bidang ekonomi. Seperti harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengimplementasikan industri 4.0 di perusahaan dan mengubah model bisnis yang telah diterapkan. Selain itu penggunaan teknologi baru akan menyebabkan kerugian pada investasi teknologi yang telah digunakan sebelumnya. Namun dengan menggunakan hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Daftar Pustaka
ID CloudHost. (2020, Januari 7). Mengenal Apa itu Era Revolusi Industri 4.0: Dampak, dan Mengatasinya. Retrieved from Id CloudHost: https://idcloudhost.com/mengenal-apa-itu-era-revolusi-industri-4-0-dampak-dan-mengatasinya/
Revolusi Industri 4.0
Oleh Toha (FMIPA 2017) dan Pande (FAPERTA 2017)
Apa itu Revolusi Industri 4.0?
Angela Merkel (2014) berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah perubahan komprehensif dari semua aspek produksi di industri melalui penerapan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Konsep Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh ekonom terkenal dunia asal Jerman yaitu Prof Klaus Schwab. Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang yang mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya (1) Robot dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), (2) nano teknologi, (3) bioteknologi, dan (4) teknologi komputer kuantum, (5) blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer 3D.
Sejarah Revolusi Industri
Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri. Revolusi industri 1.0 dimulai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung pemenuhan mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga mesin uap. Akibatnya, produksi dapat dilipat gandakan dan didistribusikan ke berbagai wilayah secara lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini juga menimbulkan dampak negatif dalam bentuk pengangguran masal.
Ditemukannya enerji listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Enerji listrik mendorong para imuwan untuk menemukan berbagai teknologi lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi produksi hingga 300 persen. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis.
Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi masa kini semakin maju diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital. Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau industry 4.0 mendorong system otomatisasi di dalam semua proses aktivitas.
Daftar Pustaka
Merkel, Angela (2014). The Chancellor and Her World.